“Perang Kota” Pergumulan Batin Dan Cinta Ditengah Peperangan
Jakarta, DJC - Film bernuansa perang kemerdekaan atau di masa revolusi, sudah lama tidak diproduksi. Kali ini Cinesurya, Starvision, dan Kaninga Pictures mempersembahkan film bertajuk “Perang Kota” besutan sutradara Mouly Surya. Sebuah film yang diadaptasi dari novel “Jalan Tak Ada Ujung” karya Mochtar Lubis yang kemudian ditulis kembali oleh sang sutradara. Dimana film ini menghadirkan kisah cinta segitiga di tengah kekacauan perang di kota Jakarta pada tahun 1946, setahun setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan dari pendudukan Belanda dan Jepang
Saat menggelar press screening, di XXI Epicentrum Kuningan Jakarta (21/04/25), Mouly Surya mengungkapkan sudah lama ingin membuat kisah film tentang perang kemerdekaan dengan bumbu tragedi cinta. Dan setelah beberapa tahun mengadaptasi karya novel Mocthar Lubis tersebut, akhirnya naskah film ini rampung disiapkan. Film yang akan membawa penonton ke mesin waktu saat Jakarta kembali diinvasi oleh Belanda pada 1946, di tengah kekacauan kota yang mulai ditinggalkan oleh warga dan pemimpinnya. Ada perjuangan gerilya dari para anak muda yang mempertaruhkan nyawa dan harga dirinya agar bangsa Indonesia yang baru saja merdeka tak lagi jatuh ke tangan penjajah.
“Ide dasar dari film ini adalah saya ingin menunjukkan kehidupan orang-orang yang berada dalam masa peperangan, dalam konteks di suatu kota yang tengah berada di bawah tekanan. Dengan memberikan banyak warna, ada cinta hingga banyak gejolak yang terjadi. Gaya 1946 juga ditampilkan dengan mendesain kota Jakarta yang banyak memiliki gang-gang sempit. Ini menjadi seperti metafora, bahwa guerilla fighting itu ada di Indonesia. Pertarungan dan peperangan tak terjadi di jalan-jalan besar tapi lewat jalan-jalan kecil,” Ungkap sutradara peraih 2 Piala Citra untuk Sutradara Terbaik FFI ini menambahkan.
Film “Perang Kota” diproduseri oleh Chand Parwez Servia, Fauzan Zidni, Tutut Kolopaking, dan Rama Adi, serta Willawati sebagai produser eksekutif. Film ini juga turut diko-produseri produser Indonesia dan internasional, di antaranya Anthony Chen, Tan Si En, Denis Vaslin, Fleur Knopperts, Isabelle Glachant, Ingrid Lill Høgtun, Marie Fuglestein Lægreid, Linda Bolstad Strønen, Bianca Balbuena, Bradley Liew, Axel Hadiningrat, Giovanni Rahmadeva, Siera Tamihardja, dan Loy Te.
Yang menarik, “Perang Kota” juga menggunakan format audio Dolby Atmos, yang akan memberikan pengalaman menonton lebih imersif dan sinema absolut. Sementara itu, tata suara dikerjakan oleh sound designer asal Prancis Vincent Villa, di Kamboja. Vincent Villa sebelumnya juga banyak terlibat di film-film peraih penghargaan dan berkompetisi di festival film internasional. Untuk sound foley, film ini dikerjakan oleh Yellow Cab di Paris. Yellow Cab merupakan salah satu studio desainer foley terbaik di dunia, yang turut mengerjakan film pemenang 2 Piala Oscar “Emilia Perez” dan “Fight Club”.
“Ko-produksi dengan para rumah produksi dan kru internasional memberikan nilai tambah bagi film ini. Secara production value juga menjadi lebih meningkat. Ada kontribusi dengan berko-produksi bersama para kru-kru internasional dengan para kru perfilman Indonesia. Terutama untuk VFX, yang menjadikan film ‘Perang Kota’ bisa merepresentasikan visual Jakarta 1946 menjadi lebih sempurna. Lewat kolaborasi internasional ini juga menjadi pertukaran informasi dan pengetahuan bagi sesama pekerja film kita,” kata produser Rama Adi dari Cinesurya.
Sedangkan menurut produser Chand Parwez Servia dari Starvision, mengatakan, “Starvision selalu percaya dengan visi yang dibawa oleh sineas dengan daya eksplorasi terhadap penceritaan yang menawarkan perspektif baru dalam sinema Indonesia. Mouly Surya memberikan kita sebuah karya yang akan memantik kemungkinan-kemungkinan baru yang jarang diceritakan lewat film ini,”
“Kaninga selalu mendukung film-film dengan kisah kompleks, dan memiliki visi yang kuat, dan ‘Perang Kota’ memiliki hal itu. Sebuah kehormatan untuk bisa kembali bekerja sama dengan Cinesurya, kali ini dengan skala produksi yang lebih besar. Semoga film ini bisa menghadirkan warna unik yang memperkaya katalog perfilman Indonesia yang kian beragam,” ujar produser eksekutif Willawati dari Kaninga Pictures.
Berkisah Isa (Chicco Jerikho) seorang guru musik, terlibat gerakan rahasia untuk melawan kembalinya penjajah yang ingin menguasai Indonesia setelah Merdeka. Isa memiliki seorang istri bernama Fatimah (Ariel Tatum) yang setia menemani sang suami. Walaupun mereka hidup dalam kondisi pas-pasan, Isa tetap bersikukuh memperjuangkan gerakan rahasinya untuk mengusir penjajah. Gerakan ini didukung muridnya Hazil (Jerome Kurnia), anak orang kaya yang justru sang ayah dekat dengan orang-orang Belanda. Hazil tak hanya dekat dengan Isa, tapi juga juga dekat dengan Fatimah dan anaknya. Bahkan Hazil-pun sering menginap di rumah Isa untuk menyusun strategi dengan beberapa orang pergerakan lainnya. Pergerakan ini merencanakan akan membunuh beberapa tokoh Belanda yang akan kembali lagi ke Jakarta.
Di sisi lain, Isa tidak mampu menjadi lelaki yang diharapkan oleh seorang istri seperti Fatimah. Kedekatan Hazil dengan keluarga Isa, justru berarti lain buat Hazil dan Fatimah. Keduanya menjalin hubungan terlarang secara sembunyi, apalagi Hazil sudah mulai mencintai istri sahabatnya tersebut. Sedangkan Fatimah mendapatkan sesuatu yang tidak dia dapatkan dari suaminya, walaupun Fatimah sangat mencintai Isa. Secara tidak sengaja Isa mengetahui hal ini, tapi Isa lebih mementingkan perjuangan pergerakan mereka daripada mengurus masalah pribadinya. Sebuah aksi besar sedang direncanakan pergerakan tersebut, sekaligus menjadi sinyal akan berakhirnya persahabatan Isa dan Hazil. Apalagi Fatimah memutuskan untuk pulang kampung di daerah Bukit Tinggi, Sumatera selama Isa, Hazil dan kelompok pergerakan menjalankan aksi berbahaya tersebut.
Film ini hadir dengan alur cerita yang menarik dan mudah dicerna, Mouly Surya berhasil mengadaptasi novel karya Mochtar Lubis dengan baik. Dengan bumbu romansa, drama juga tembak-tembakan yang menegangkan. Apalagi para cast seperti Chicco Jerikho, Ariel Tatum, Jerome Kurnia, Rukman Rosadi dan Imelda Therinne, cukup mampu memerankan tokoh-tokoh diatas dengan cukup baik pula.
Film ini semakin menarik dengan adanya beberapa pengambilan sudut gambar yang tepat. Dimana sang sutradra berhasil menghadirkan nostalgia era tahun 40-an, dengan gedung-gedung kuno dan gang-gang sempit. Walaupun ada sedikit gangguan dengan hadirnya toilet duduk yang justru lebih lumrah ada di era 90-an keatas. “Perang Kota” akan menjadi film yang menghadirkan drama perang dengan sudut pandang yang cukup relate dengan era saat ini. (sTr)
“Perang Kota”
Jenis Film : Drama, Perang, Action
Sutradara : Mouly Surya
Penulis : Mouly Surya
Exc. Porduser : Willawati
Producer : Chand Parwez Servia, Fauzan Zidni, Tutut Kolopaking, Rama Adi
Produksi : Cinesurya, Starvision, Kaninga Pictures
Casts : Chicco Jerikho, Ariel Tatum, Jerome Kurnia, Rukman Rosadi, Imelda Therinne, Faiz Vishal, Anggun Priambodo, Ar Barrani Lintang, Chew Kinwah, Alex Abbad, Indra Birowo, Dea Panendra
STLS : Dewasa 17 Tahun Ke Atas
Durasi : 119 Menit
Jadwal tayang : 30 April 2025
Post a Comment