“A LEGEND” Sebuah Legenda Kisah Heroik Yang Tersambung

Jakarta, DJC – Film Mandarin kolosal, apalagi bertema kerajaaan menjadi daya tarik tersendiri. Selain menghadirkan sejarah panjang daratan Tionkok, juga bisa menikmati serunya seni beladiri Kungfu. Akan tetapi diakui, beberapa waktu terakhir jenis film seperti ini termasuk jarang diproduksi atau dirilis. Kabar baik bagi pecinta film Mandarin jenis ini, melalui Bona Film Group dan Shanghai Lix Entertainment, sutradara kenamaan Stanley Tong membesut film “A Legend”. Sebuah film kolosal tentang sejarah negeri Tirai Bambu ini yang dikemas secara apik, apalagi ada nama Jackie Chang menjadi pemeran di film ini.

Berkisah, seorang arkeolog, bernama Professor Chen (Jackie Chang) bersama beberapa murid dan rekan sekerjanya menemukan sebuah batu giok bersejarah dalam sebuah galian arkeologi. Batu giok berbentuk kalung ini ternyata terhubung dengan kisah jenderal legendaris di masa lalu, walaupun mereka masih meraba siapa sebenarnya sosok sang jenderal. Akan tetapi Chen dan salah satu muridnya Wang Jing (Yixing Zhang) mendapat mimpi-mimpi aneh sejak menemukan kalung giok tersebut. Mimpi yang seperti menuntun ke sebuah cerita sejarah tentang sosok Jenderal Fang (Jackie Chang).

Di film ini juga dikisahkan sejarah masa lalu tentang perjuangan dan aksi heroik sang jenderal sebagai flasback. Yang ternyata cerita dari kalung giok yang ditemukan tersebut merupakan kisah asmara yang dramastis, dan bisa tersambung lewat mimpi-mimpi Profesor Cheng dan Wang Jin. Tak hanya itu, kalung giok ini membawa ke sebuah rahasia besar yang tidak pernah terungkap selama ini. Sebuah rahasia besar yang mengancam keselamatan Profesor dan murid-muridnya.

Sebenarnya kisah di film ini tidaklah terlalu sulit untuk dipahami. Akan tetapi sang sutradara yang juga sekaligus menjadi penulis di film ini mencanpurkan kisah yang terjadi saat ini dengan flashback kisah pertempuran heroik di masa lalu secara bebarengan. Justru disinilah nyambungnya kisah masa lalu dengan penemuan giok bersejarah di masa kini. Walaupun pada awalnya terkesan lambat dan bertele-tele (membuat film ini berdurasi lama, lebih dari 2 jam), yang mengisahkan peperangan heroik sang jenderal di masa lalu. Pada awal-awal film malah sukses menjebak penonton, yang akan berpikir bahwa film ini tentang kisah masa lalu. Dan akhirnya pelan-pelan tapi pasti menggiring penonton menuju inti ceritanya.

Membuat cerita seperti ini tidaklah mudah, perlu imajinasi dan pendalam kisah yang kuat untuk bisa membuatnya menarik. Hal yang menjadi kelebihan sang sutradara / penulis. Dan yang patut menjadi catatan penting lainnya, adalah film ini meggunakan teknologi terkni. Tidak hanya menampilan berbagai effect gambar yang fantastik, tapi juga menggunakan tehnologi Artificial Intelligence (Al). Salah satunya, dimana film ini merestorasi wajah Jackie Chang menjadi belia, saat memerankam sosok Jenderal Fang,

Hal lainnya, tentu saja kisah pertempuran kolosal yang heroik, lengkap dengan kostum menawan. Koreografi dari pertarungan Kungfu dengan sudut pengambilan gambar yang pas. Dan pastinya komedi (dalam pertarungan) ala Jackie Chang yang masih menjadi andalan, walaupun tidak terlalu dominan. Keberanian sang sutradara untuk melalukan hal-hal baru, dan cukup berhasil diterapkan di film ini. (sTr)