“Anti Kritik” Menjadi Langkah LogaMulia Menuju Perilisan Full Album
LogaMulia (istimewa) |
Jakarta, DJC - Berawal dari sebuah kegelisahan, akhirnya terbentuk sebuah group musik Logamulia, dengan mengusung genre grove metal. Yang menarik band berawak Achmad Hafizullah (vokal), Pratama Putra Rahardjo (gitar, vokal latar), Abdul Aziz Turhan Kariko (bas, vokal latar) dan Alejandro Saksakame (drum, vokal latar) berasal dari latar belakang band yang berbeda, dan akhirnya bersinergi membentuk band baru ini. Band asal Jakarta ini sudah mempersiapkan full album yang bertajuk “Distorsi Narasi”. Dan sebagai pemanasan, mereka terlbih dahulu merilis “Anti Kritik”. Sebuah single yang merespon kelakuan para pejabat yang tampak imun terhadap kritik, terutama dalam menjalankan kebijakan serta menggunakan kewenangan mereka.
Tentu saja musik yang ditawarkan
mereka tampil enerjik, seperti ciri khas bermusik band ini. Dengan menghadirkan
racikan ritmik dan pilihan riff serta
lirik yang lugas, mampu membuat semua kepala penggemar musik keras bergoyang. Lagunya
sendiri bercerita tentang para penguasa yang otoriter serta tidak dapat menerima kritik dan saran. Mereka selalu defensif, dan tidak
segan untuk berbalik
agresif
ketika
mendapat
kritik, baik itu yang berasal dari oposisi, bawahan, maupun aliansi dan orang-orang
terdekatnya
sendiri.
Latar
belakang bermusik yang berbeda, justru memberi nuansa tersendiri pada gaya
bermusik LogaMulia. Misalnya sang vokalis tercatat sebagai personil band
Purgatory, sang gitaris tercatat sebagai member band Straightout, sedangkan
pemain bass dan pengebuk drum dikenal sebagai personil band folk Payung
Teduh. Sinergi bermusik mereka ini berhasil membentuk karakter dari LogaMulia.
LogaMulia juga sempat
merilis single “Musuh Publik” dan “Sang Penghasut” pada 2018 dan 2019
lalu.. Mereka
berharap agar “Anti
Kritik”
ini bisa
menjadi sebuah lagu yang tidak hanya bisa dinikmati penggemar musik cadas,
namun juga mampu beresonansi dalam menanggapi fenomena sosial yang ada, dapat menjadi
seruan perlawanan terhadap mereka yang “Anti Kritik”, serta tetap bisa relevan
melewati berbagai masa, baik itu sebagai karya seni maupun bentuk aspirasi.
(sTr)
Post a Comment