“Abigail” Repotnya Melawan Vampire Ballerina
Jakarta, DJC - Film horror
tentang vampire memang selalu menarik. Banyak film tentang sosok penghisap
darah ini yang sukses besar, tapi beberapa diantaranya malah cenderung klise
dengan ide cerita yang tidak segar. Sosok penghisap darah, dengan kelemahan
pasak kayu dan sinar matahari ini juga menjadi ide cerita dari film “Abigail”
besutan sutradara Matt
Bettinelli-Olpin
dan Tyler Gillett.
Tapi yang menarik film ini memiliki alur cerita yang berkembang, tidak biasa
dan kontradiktif dari penggambaran sosok mahluk seram bernama vampire. Cerita
yang naskahnya ditulis oleh Stephen
Shields dan Guy Busick ini menciptakan
sosok vampire secara berbeda. Tidak menampilkan sosok misterius yang garang dan
menakutkan, akan tetapi justru seorang ballerina remaja yang cerdas dan cantik,
yang bisa berubah menjadi sosok yang mengancam.
Berkisah
kelompok kriminal yang anggotanya dari latar belakang profesi secara acak,
ditugaskan untuk menculik seseorang dari sebuah rumah mewah. Penculikan ini
dipimpin oleh Frank (Dan Stevens).
Tapi kelompok penculik ini tak menyadari kalau yang mereka culik adalah serang
remaja ballerina bernama Abigail (Alisha Weir).
Tapi mereka berusaha mengkesampingkan rasa kemanusiaan, dan membawa Abigail ke
sebuah kastil tua milik Lambert (Giancarlo Esposito)
yang menugaskan mereka. Apalagi Lambert menawarkan banyak uang untuk penculikan
tersebut, dengan tugas tambahan bisa menjaga Abigail selama 24 jam di kastilnya.
Abigail
yang masih memakai baju ballerina ini ditempatkan di kamar khusus dengan posisi
terikat. Selain Frank, dari seluruh anggota penculik hanya Joey (Melissa Barrera)
yang di ijinkan masuk ke kamar Abigail. Merasa kasihan dengan Abigail yang
terlihat polos, Joey berusaha membuatnya nyaman walaupun masih dalam posisi tetap
terikat. Melalui interaksi Joey dan Frank dengan Abigail, mereka baru sadar
bahwa anak yang mereka culik bukanlah orang sembarangan. Abigail adalah anak
seorang tokoh legendaris bernama Kristof Lazar, yang
menurut urband legend adalah sosok jahat yang punya kekuatan supranatural,
dan memiliki pengawal misterius yang terkenal sadis dan kejam.
Ke-6 penculik ini
harus waspada akan datangnya sang ayah untuk membebaskan Abigail, dengan
mengatur berbagai strategi. Tapi justru kelompok penculik ini di terror sosok
misterius di kastil tersebut, dimulai Dean (Angus Cloud)
sopir kelompok ini yang terpenggal kepalanya. Dan akhirnya terkuak bahwa sebenarnya
Abigail-lah sosok vampire pengawal Kristof
Lazar yang melegenda. Abigail ternyata memang
sengaja menjadikan penculiknya tersebut menjadi maninan dan menu santapannya.
Alur
cerita di film ini sangat menarik, tidak membosankan. Tidak hanya
mengeksplorasi ballerina cantik yang menggemaskan menjadi sosok penghisap darah
cerdas yang tanpa ampun, tapi latar belakang masing-masing tokoh yang
memperkuat kisah di film ini. Misalnya Frank mantan anggota polisi bermaslah,
Joey mantan anggota medis dari ketentaraan yang kehilangan keluarga karena kencanduannya
terhadap narkoba. Termasuk kisah kelam Lambert yang menjebak mereka dan
tentunya cerita tentang Abigail itu sendiri. Berbagai kisah dari latar belakang
berbeda ini menghasilkan plot cerita yang dinamis. Pengambaran mahluk seram
dari sosok ballerina menjadi nilai lebih dari cerita di film ini.
Walaupun
hanya menggunakan sedikit lokasi (kabarnya pegambilan gambar dilakukan di
Dublin, Irlandia) dan lebih banyak lokasi di kastil tua, tapi ketegangan demi
ketegangan bisa terekspose dengan apik. Penampakan kastil yang menampilkan
dekorasi abad pertengahan, sukses memberikan nuansa menakutkan. Banyak jumpscare
yang hadir di film ini, dari awal hingga akhir, termasuk banyaknya darah yang
berceceran dari pertengahan hingga akhir film. Tak hanya dari sosok vampire Abigail
yang cerdas dan mengancam, tapi beberapa ketegangan justru dibuat oleh kelompok
penculik itu sendiri. Dan lebih menarik lagi, film ini tidak melulu menawarkan berbagai
adegan seru dan tegang, film ini malah diperkuat dengan unsur komedi.
Komedi
situasi berhasil dibangun dari berbagai latar belakang ke-6 penculik yang
sebenarnya berseberangan. Dimana diceritakan masing-masing tidak saling kenal
sebelumnya. Hingga pengaturan strategi ala kadarnya dan repotnya mereka melawan
vampire yang ganas. Belum lagi beberapa dialog spontan yang menghasilkan tawa
ditengah ketegangan saat diburu ganas-nya Abigail. Kesuksesan sang sutradara
memadukan nuansa mencekam dengan sisipan komedi membuat emosi penonton seperti
dijungkir-balikkan. Sebuah film horror menarik, dengan ide cerita vampire yang
inovatif. Tidak berlebihan jika “Abigail” bisa menjadi salah satu film horror
terbaik sepanjang tahun 2024 ini.
Ada cerita lain
saat produksi film ini. Setelah melakukan pengambilan gambar terakhir untuk
film ini, aktor Angus Cloud
dikabarkan meninggal dunia. Dan film ini didedikasikan khusus untuk mendiang aktor
muda asal California ini. Menambah seram filmnya? (sTr)
“Abigail”
Genre
Film : Horror-comedy
Produser : William Sherak, James
Vanderbilt, Paul Neinstein, Tripp
Vinson, Chad
Villella
Sutradara : Matt
Bettinelli-Olpin,
Tyler Gillett
Penulis : Stephen Shields, Guy Busick
Casts : Alisha Weir, Melissa Barrera, Dan Stevens, Kathryn Newton, Will Catlett, Kevin Durand, Angus Cloud, Giancarlo Esposito.
STLS : 17 Tahun
Durasi : 109 Menit
PH : Project X Entertainment, Vinson Films, Radio Silence Productions
Distribusi : Universal Pictures
Jadwal Tayang :
3
Mei 2024
Post a Comment