Stereocase Mencoba Comeback Dengan “Save Me”
Stereocase (istimewa) |
Jakarta, DJC – Banyak band yang sempat stuck hingga
hiatus karena beberapa hal. Tidak sedikit pula yang mencoba untuk bertahan dan
mulai bangkit kembali. Band asal Jakarta, Stereocase membuktikannya. Band
berawak Fadli
Rezasyah, Iqif dan Richard Emanuel ini memiliki
semangat untuk bangkit kembali, setelah hiatus sejak tahun 2019 lalu. Bukti mereka
comeback dengan langsung merilis single terbaru mereka “Save Me”.
Lagu ini sekaligus menjadi pembuka perjalan band ini untuk menuju album terbaru
mereka, yang rencananya akan dirilis dibulan Maret tahun 2024 nanti.
Selama hiatus justru masing-masing personil berusaha mengembangkan sisi musikaliatas
mereka. Dan akhirnya bisa ditumpahkan dengan ber-energi di single baru “Save
Me” ini. Lagu ini menggambarkan sebuah kerapuhan dan harapan, yang bisa
mewakili semangat dari perjalan band yang didirikan sejak 2008 lalu. Lebih
lanjut Emanuel mengungkapkan, “Single ini menampilkan rasa kerentanan dan
kerapuhan, serta harapan untuk bisa bangkit dari kondisi terpuruk.”
Menurut Iqif mengungkapkan bahwa lagu ini juga menjadi bukti komitmen dari Stereocase
terhadap keotentikan dalam perjalanan penemuan jati diri dan ekspresi artistic,
serta pentingnya kepekaan rasa dan empati terhadap sesama. “Kami
ingin mengajak pendengar kami untuk terkoneksi lewat pengalaman pribadi mereka
dalam pergulatan dengan masa lalu, pencarian penebusan, hingga pentingnya akan
sosok yang dapat menemani di masa-masa gelap kehidupan tersebut,” Ungkapnya lebih lanjut.
Perilisan
album terbaru mereka yang bertajuk “2.3” pada tahun depan, memang sudah dipersiapkan dengan sangat matang. Bahkan,
dalam
perjalanan menuju ke rilisnya album tersebut, Stereocase nantinya akan merilis
1 single ditiap
bulannya,
yang masing – masing akan disertai dengan music video berseri yang
memiliki jalan cerita berkesinambungan.
Sedangkan menurut
Fadli
Rezasyah, titel album berupa angka 2.3 dipilih bukan hanya sebagai
sebuah judul saja “Album
ini juga jadi proses pendewasaan yang bertahap menuju sebuah penerimaan diri. Album
ini juga menjadi semacam bentuk pertumbuhan, evolusi, dan
tantangan yang telah kami hadapi dan menjadi sebuah proses pembelajaran
kehidupan. Ini sekaligus jadi eksplorasi perjalanan dari rasa keputus-asaan
menuju penerimaan diri.” Tutupnya. (sTr)
Post a Comment