Gairah Dan Keresahan Voice Of Baceprot Ditumpahkan Di Album “Retas”

Voice Of Baceprot (VOB)

 Jakarta, DJC – Trio Metal asal Garut, Jawa Barat ini sukses menghebohkan jagad musik dunia. Tidak hanya berasal dari kota kecil, tapi mereka berani memilih musik metal yang notabene didominasi kaum pria. Akan tetapi sebenarnya perjuangan Voice Of Baceprot (VOB) untuk meniti kariernya selama ini bukanlah hal mudah, dengan fasilitas yang minim di desa mereka Singajaya di Garut, Jawa Barat, ditambah stigma lingkungan sekitar terhadap aktifitas bermusik mereka. Akan tetapi Firda Marsya Kurnia (gitar / vokal) Euis Siti Aisyah (drum) dan Widi Rahmawati (bass) mampu membuktikan, bahwa mereka layak menjadi musisi yang cukup diperhitungkan hingga banyak diperbincangkan.

            "Kami berasal dari desa yang kondisinya cukup sulit untuk menjalani aktifitas bermusik. Disisi lain banyak masyarakat di sekitar kami yang menganggap wanita lebih rendah dari pria. Fenomenanya, setelah menyelesaikan sekolah menengah, kami tidak memiliki banyak pilihan. Entah itu bekerja di rumah atau bekerja di toko serba ada. Atau menikah dengan seseorang yang orang tua kita pilih," kenang Marsya.

            Fenomena inilah yang harus mereka hadapi, termasuk tidak mudah untuk mendapat restu dari keluarga. "Tidak heran hanya kami bertiga yang berhasil sampai sejauh ini. Padahal pada awalnya VOB memiliki 15 anggota pada tahun 2014." Ungkap Sitti.

            Tantangan yang berat justru membuat ketiganya semakin solid, dan mantap untuk terus menggeluti karier bermusik mereka. “Kita telah menjadi batu sekarang. Keras dan kaku karena semua doktrin di dalam pikiran kita. Tetapi melalui musik dan persahabatan, kami menjadi sadar sepenuhnya bahwa kami saat ini tidak mudah dipatahkan.”  jelas Marsya.

Kegelisahan-kegelisahan inilah yang mereka tuangkan di debut album mereka “Retas”. Album yang seperti menggambarkan perjalan panjang gairah mereka dalam meniti karier bermusik. Sekaligus melantangkan suara untuk menyingkapi stigma sosial di sekitar mereka, apalagi sebagai seorang wanita yang memilih berkarier menjadi musisi. Berisi 9 track, yang beberapa diantaranya sudah mereka rilis sebelumnya sejak awal karier mereka di tahun 2018 lalu. Sebagian besar lagu di album ini diciptakan saat mereka masih SMA, membicarakan berbagai peristiwa, seperti  "School Revolution" atau "God, Allow Me (Please) to Bermusik". Walaupun menghadirkan beberapa lagu, yang beberapa diantaranya cukup digemari, album ini mengandalkan single bertajuk "Age Oriented".

Nama Coki Bollemeyer (gitaris NTRL, Dark Sovl, Bonga Bonga) terlibat secara langsung untuk memproduseri album ini. Tentu saja gitaris yang memiliki basic rock ini memberi banyak pengaruh pada album ini. Terutama di lagu-lagu yang baru mereka rilis seperti, "Age Oriented",  "What's the Holy (Nobel) Today?", "The Enemy of Earth is You", dan sebuah lagu instrumental "Kawani".

“Kami sangat menikmati pembuatan album ini, terima kasih banyak kepada Coki. Dukungannya dan apresiasi terhadap kerja keras yang kami lakukan dalam proses telah membuat perbedaan besar. Dia memberi kami energi dan kepercayaan diri untuk memberikan yang terbaik,” Ungkap Marsya.

Lagu-lagu terbaru tersebut tidak hanya tampil enerjik, tapi juga berkisah seputar kegelisahan yang mereka alami. Misalnya "Age Oriented" adalah lagu protes yang ditujukan pada batasan usia untuk memainkan musik rock yang sering mereka dengar. VOB dianggap tidak pantas memainkan jenis musik ini di usia yang sangat belia. VOB meluapkan amarah mereka di lagu ini dengan sajian riff-riff yang cepat dan berat mengaum Marsya di atas ketukan groovy dari Sitti dan bassline yang cekatan dari Widi

            Atau lagu instrumental “Kawani” dimana mereka mengeksplorasi musik etnik Sunda, lingkungan dimana mereka dibesarkan. Menjadi sajian yang unik dan fresh dari VOB. Menurut sang pengebuk drum, lagu ini juga menceritakan kegelisahan mereka sebagai musisi wanita di lingkungan yang kurang mendukung aktfitas mereka. “Dalam bahasa Sunda, Kawani berarti keberanian. Lagu ini mewakili keberanian kita gadis-gadis menolak untuk diperlakukan sebagai sesuatu yang 'manis dan cantik'. Kami lebih besar dari itu. Keberanian itu tercermin dalam kualitas ritme yang dinamis. Kita mungkin tampak tenang, namun kita bisa tiba-tiba berubah menjadi sesuatu yang menantang kontrol.” Tambahnya.

            Selain gairah dan kegelisahan lewat gaharnya musik yang mereka sajikan, album ini sekaligus menandai langkah besar band yang awalnya sempat diragukana kemampuannya. VOB bahkan menunjukan bahwa sebagai musisi wanita di panggung musik metal juga bisa menampilkan karya terbaik, ditengah dominasi kaum pria. Hal ini sekaligus dibuktikan, dengan rangkain tour mereka di beberapa negara. Kesempatan yang termasuk jarang diperoleh oleh banyak band dari tanah air. (sTr)

Diberdayakan oleh Blogger.