Resensi “Tutuge” (Movie)

 

Tutuge Movie (Istimewa)

Jakarta, DJC – Dunia perfilman di Indonesia, termasuk banyak merilis film bergenre horror. Akan tetapi kebanyakan menampilkan kisah atau adegan yang terkesan klise dan seragam. Saat film “Tutuge” di rilis, menjadi sebuah angin segar. Justru film yang disebut bergenre drama psikologi ini tidak hanya menghibur, tapi juga hadir dengan sinematografi yang menawan. Maklum saja, sang sutradara Virlanwana Langgong dikenal sebagai sutradara video clip, yang memang sering mengutamakan dari sisi sinematogari. Apalagi pengambilan gambar di film ini menampilkan eksotisme pulau Bali, beradu dengan alur cerita yang memang mengeksplorasi budaya (folklore) masyarakat Pulau Dewata. 

            Film produksi Sin3rgi mulai tayang pada 14 April 2022, akan tetapi pengambilan gambarnya sudah dilakukan sebelum masa pademi.  Selain menampilkan sinematografi yang apik, alur cerita “Tutuge” juga berhasil menampilkan ketegangan selama menikmati film ini. Alur cerita yang tidak mudah di tebak, apalagi saat awal-awal film ini di mulai. Walaupun di akhir, inti cerita menjadi agak sedikit kabur, bahkan membuat penonton berpikir dan menyimpulkan sendiri inti cerita di “Tutuge”. Tipikal film yang tidak bisa di nikmati secara santai sambil memainkan gadget. Sepertinya penonton memang dibuat untuk berkonsentrasi total saat menyaksikan film ini.

            Dari judulnya memang cukup mewakili cerita di film ini. Tutuge merupakan bahasa Bali, yang artinya kira-kira “Di ikuti oleh mahluk halus”. Di kisahkan Ameera Janus (Rania Putrisari), seorang penulis novel misteri yang ingin mendapat insipirasi untuk karya terbarunya dengan berlibur di Bali. Karena harus tinggal lebih lama, Ameera harus pindah tempat menginap. Dibantu oleh Ketut (Langlang Buana), mereka menuju sebuah Villa terbengkalai milik kenalan Ketut, pasangan Laras (Imelda Therinne) dan Cokro (Rizky Hanggono). Ameera yang seorang indigo merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan villa tersebut. Apalagi melihat berbagai kejadian aneh yang menimpa Laras.

Sementara Laras dan Cokro sering terlibat perselisihan, dimana pasangan suami istri ini ingin menjual villa tersebut. Keanehan yang sering dialami Laras dianggap sebagai tanda-tanda menderita Alzheimer oleh suaminya. Walaupun analisa dokter mengatakan bahwa sebenarnya Laras baik-baik saja. Ameera berusaha bicara dengan Cokro, saat merasakan hal mistis yang mengikuti Laras. Tapi hal ini justru membuat emosi Cokro yang tidak mempercayai hal-hal tersebut. Bahkan emosi juga di luapkan Cokro, saat adiknya, Inggit (Givina) megungkapkan hal serupa pada kakaknya. Padahal Inggit mengalami teror ‘hantu’ anak kecil (Nina Tutachia) yang terus mengajaknya bermain. Hal yang juga di alami Ketut saat berkunjung ke villa tersebut. Setelah hampir putus asa, akhirnya Ameera bertekat untuk membongkar misteri villa ini dengan bantuan bapak Ketut (Komang Suendra). Termasuk mengungkap sosok mahluk tak kasat mata, berbaju merah dan tidak pernah lepas dari rokok di tanganya. Hantu yang di ketahui adalah sosok Sasmita (Ismi Melinda), yang merupakan adik Laras. Sasmita sendiri, sebelumnya di temukan meninggal tidak wajar di salah satu ruangan di vila tersebut.

Ketegangan demi ketegangan memang di tampilkan beruntut di film berdurasi 2 jam 20 menit ini. Beberapa hal tidak terduga justru menjadi kejutan menarik di alur cerita “Tutuge”. Salah satunya adalah sosok hantu kecil, yang awalnya juga sempat memberikan ketegangan. Akting Ismi Melinda memang dirasa paling menonjol. Maklum saja, artis asal Bandung ini memang sering terlibat di film-film bergenre sejenis. Juga akting yang bisa di perhitungkan dari Imelda Therinne dam Rania Putrisari, mantan model yang sudah merambah dunia film. Dan aksi Langlang Buana, yang sukses menjadi ‘hiburan’. Alur cerita yang tidak membosankan, dan di dukung sinematografi yang bagus. Tidak mengherankan jika film ini mendapat penghargaan film horor terbaik serta sinematografi terbaik dari Asian Film Awards Academy atau AFA Academy 2021. Termasuk penghargaan dari Hollywood International Golden Age (HIGA) sebagai “Best International Feature Film serta film horor terbaik dari Andromeda Film Festival ke-7. Selain itu, “Tutuge” juga terpilih sebagai finalis Golden Harvest Film Festival di Tokyo, Jepang, pada 2021.

Sebagai debutan film layar lebar dari Virlanwana Langgong yang tampil total, “Tutuge” menjadi karya yang istimewa dan layak mendapat apresiasi. Ketajaman dalam sisi sinematografi dan ide cerita, turut menjadi selling point di film ini. Akan tetapi, justru dari sisi sinematografi inilah menimbulkan sedikit catatan. Beberapa adegan, yang sengaja di buat panjang untuk megambil beberapa sudut pandang malah terasa sedikit membosankan. Misalnya saat adegan Ameera merasakan adanya mahluk halus, atau saat Cokro di hantui arwah Sasmita. Dari informasi yang di dapat, awalnya “Tutuge” berdurasi cukup panjang, lebih dari 3 jam lamanya. Akhirnya di potong, untuk mendapatkan durasi yang ideal. Potongan inilah yang di rasa sedikit menganggu di beberapa adegan. Termasuk effek vokal pada Sasmita yang cenderung tidak terdengar jelas. Kedua hal inilah yang membuat inti cerita tentang Sasmita menjadi sedikit kabur. Atau memang hal ini disengaja? Untuk membuat penonton memiliki presepsi pribadi seputar latar belakang Sasmita. Secara keseluruhan, film ini cukup menarik dan menghibur. Bahkan berani lepas dari ‘gambar klise’ yang banyak di tampilkan sutradara film horror lokal. Yang menarik, kabarnya film ini merupakan awal dari trilogi, yang selanjutnya akan hadir dengan latar belakang budaya berbeda. Setelah Bali, kemudian ke daerah mana ya? Hmmm...pantas untuk di tunggu. (sTr)

 

Credit Titel: Tutuge. Sutradara / Penulis naskah / Sinematografi: Virlanwana Langgong. Produser: Rico Michael Bradley, Tommy Indratama. Pemeran: Imelda Therinne, Rania Putrisari, Rizky Hanggono, Ismi Melinda, Givina, Langlang Buana, Komang Suendra, Nina Tutachia. Penta Musik: Ali Sugiri. Penyunting: Ilan Hype. Produksi: Tiga Sinergi. Durasi: 2 jam 20 menit. Tanggal Rilis: 14 April 2022

Diberdayakan oleh Blogger.