Resensi “Tutuge” (Movie)
Tutuge Movie (Istimewa) |
Film produksi
Sin3rgi mulai tayang pada 14 April 2022,
akan tetapi pengambilan gambarnya sudah dilakukan sebelum masa pademi. Selain menampilkan sinematografi yang apik,
alur cerita “Tutuge” juga berhasil menampilkan ketegangan selama
menikmati film ini. Alur cerita yang tidak mudah di tebak, apalagi saat
awal-awal film ini di mulai. Walaupun di akhir, inti cerita menjadi agak
sedikit kabur, bahkan membuat penonton berpikir dan menyimpulkan sendiri inti
cerita di “Tutuge”. Tipikal film yang tidak bisa di nikmati secara
santai sambil memainkan gadget. Sepertinya penonton memang dibuat untuk
berkonsentrasi total saat menyaksikan film ini.
Dari
judulnya memang cukup mewakili cerita di film ini. Tutuge merupakan
bahasa Bali, yang artinya kira-kira “Di ikuti oleh mahluk halus”. Di kisahkan Ameera Janus (Rania
Putrisari), seorang penulis novel misteri yang ingin mendapat insipirasi untuk
karya terbarunya dengan berlibur di Bali. Karena harus tinggal lebih lama,
Ameera harus pindah tempat menginap. Dibantu oleh Ketut (Langlang Buana), mereka menuju sebuah Villa
terbengkalai milik kenalan Ketut, pasangan Laras (Imelda Therinne) dan Cokro (Rizky
Hanggono). Ameera yang seorang indigo merasakan ada sesuatu yang tidak beres
dengan villa tersebut. Apalagi melihat berbagai kejadian aneh yang menimpa Laras.
Sementara Laras dan Cokro sering terlibat perselisihan, dimana pasangan suami istri ini ingin
menjual villa tersebut. Keanehan yang sering dialami Laras dianggap sebagai
tanda-tanda menderita Alzheimer oleh suaminya. Walaupun analisa dokter
mengatakan bahwa sebenarnya Laras baik-baik saja. Ameera berusaha bicara dengan
Cokro, saat merasakan hal mistis yang mengikuti Laras. Tapi hal ini justru
membuat emosi Cokro yang tidak mempercayai hal-hal tersebut. Bahkan emosi juga
di luapkan Cokro, saat adiknya, Inggit (Givina)
megungkapkan hal serupa pada kakaknya. Padahal Inggit mengalami teror ‘hantu’
anak kecil (Nina Tutachia) yang terus mengajaknya bermain.
Hal yang juga di alami Ketut saat berkunjung ke villa tersebut. Setelah hampir
putus asa, akhirnya Ameera bertekat untuk membongkar misteri villa ini dengan
bantuan bapak Ketut (Komang Suendra). Termasuk mengungkap
sosok mahluk tak kasat mata, berbaju merah dan tidak pernah lepas dari rokok di
tanganya. Hantu yang di ketahui adalah sosok Sasmita (Ismi Melinda), yang
merupakan adik Laras. Sasmita sendiri, sebelumnya di temukan meninggal tidak
wajar di salah satu ruangan di vila tersebut.
Ketegangan demi ketegangan memang di tampilkan beruntut
di film berdurasi 2 jam 20 menit ini. Beberapa hal
tidak terduga justru menjadi kejutan menarik di alur cerita “Tutuge”. Salah
satunya adalah sosok hantu kecil, yang awalnya juga sempat memberikan
ketegangan. Akting Ismi Melinda memang dirasa paling menonjol. Maklum saja, artis asal Bandung
ini memang sering terlibat di film-film bergenre sejenis. Juga akting yang bisa
di perhitungkan dari Imelda
Therinne dam Rania
Putrisari, mantan model yang sudah merambah dunia film. Dan aksi Langlang Buana, yang sukses menjadi ‘hiburan’.
Alur cerita yang tidak membosankan, dan di dukung sinematografi yang bagus.
Tidak mengherankan jika film ini mendapat penghargaan film horor
terbaik serta sinematografi terbaik dari Asian Film Awards Academy
atau AFA Academy 2021. Termasuk penghargaan dari Hollywood
International Golden Age (HIGA) sebagai “Best
International Feature
Film” serta film
horor terbaik dari Andromeda Film Festival ke-7. Selain itu, “Tutuge” juga
terpilih sebagai finalis Golden Harvest Film Festival di Tokyo, Jepang,
pada 2021.
Sebagai debutan film layar lebar
dari Virlanwana Langgong yang tampil
total, “Tutuge” menjadi karya yang istimewa dan layak mendapat apresiasi.
Ketajaman dalam sisi sinematografi dan ide cerita, turut menjadi selling
point di film ini. Akan tetapi, justru dari sisi sinematografi inilah menimbulkan
sedikit catatan. Beberapa adegan, yang sengaja di buat panjang untuk megambil beberapa
sudut pandang malah terasa sedikit membosankan. Misalnya saat adegan Ameera
merasakan adanya mahluk halus, atau saat Cokro di hantui arwah Sasmita. Dari
informasi yang di dapat, awalnya “Tutuge” berdurasi cukup panjang, lebih
dari 3 jam lamanya. Akhirnya di potong, untuk mendapatkan durasi yang ideal.
Potongan inilah yang di rasa sedikit menganggu di beberapa adegan. Termasuk
effek vokal pada Sasmita yang cenderung tidak terdengar jelas. Kedua hal inilah
yang membuat inti cerita tentang Sasmita menjadi sedikit kabur. Atau memang hal
ini disengaja? Untuk membuat penonton memiliki presepsi pribadi seputar latar
belakang Sasmita. Secara keseluruhan, film ini cukup menarik dan menghibur.
Bahkan berani lepas dari ‘gambar klise’ yang banyak di tampilkan sutradara film
horror lokal. Yang menarik, kabarnya film ini merupakan awal dari trilogi, yang
selanjutnya akan hadir dengan latar belakang budaya berbeda. Setelah Bali, kemudian
ke daerah mana ya? Hmmm...pantas untuk di tunggu. (sTr)
Credit Titel: Tutuge.
Sutradara / Penulis naskah / Sinematografi: Virlanwana
Langgong. Produser: Rico
Michael Bradley, Tommy Indratama. Pemeran:
Imelda
Therinne, Rania
Putrisari, Rizky
Hanggono, Ismi Melinda, Givina, Langlang Buana, Komang Suendra, Nina Tutachia. Penta Musik: Ali Sugiri. Penyunting: Ilan Hype. Produksi: Tiga Sinergi. Durasi: 2 jam 20
menit. Tanggal Rilis: 14 April 2022
Post a Comment